Sunday 8 January 2012

Ubat orang yang kikir

Ketahuilah bahwasanya kekikiran itu adalah bersebab dari terlampau sangat mencintai harta kekayaan, dan dalam hal mencintai harta itu ada dua sebab pula:
  1. Terlalu mengikutkan hati kepada keinginan, yang mana segala kemahuan syahwat itu tidak akan tercapai, melaikan menerusi wang yang disertai pula dengan harapan yang panjang.
  2. Adanya kecintaan kepada matawang itu sendiri, dan perasaan hatinya akan merasa lapang jika melihat wang ringgit di hadapan matanya, meskipun ia mengetahui bahwa matawang yang dikumpulkannya itu ada sisa dan kelebihan dari keperluan sepanjang hayatnya.
Sebelum ini, kita telah tunjukkan cara mengubati sesuatu penyakit itu dengan lawannya. Misalnya mengubati penyakit cinta kepada hawanafsu, ialah dengan berqana'ah, yakni menerima seadanya dari pembahagian rezeki, walaupun sedikit dan dengan banyak sabar.

Cara mengubati penjangnya harapan untuk terus hidup di dunia ini, ialah dengan selalu mengingatkan mati, dan menginsafi diri dengan kematian sahabat-handai, serta mengingatkan pula betapa sukarnya mereka bersusah-payah untuk mengumpulkan harta kekayaan, tiba-tiba harta itu lesap menjadi hak orang lain dan tidak dapat dinikmatinya sesudah mati.

Cara mengubati kecenderungan hati kepada anak-anak, ialah dengan memikirkan bahwasanya Allah Ta'ala yang telah menciptakan anak-anak itu, membahagikan kepada mereka itu juga rezeki masing-masing. Kemudian hendaklah ia memikirkan juga bahwa betapa banyaknya anak yang ditinggalkan oleh ayahnya, tidak mewarisi harta apa-apa pun, namun demikian ia tetap hidup sempurna, dan lebih baik dari anak yang mewarisi harta kekayaan. Hendaklah ia mengingatkan juga, bahwa segala harta yang mungkin ditinggalkan untuk anak-anaknya itu, bertujuan untuk menjadikan anak-anak itu sempurna dan baik dalam kehidupannya. Tetapi banyak pula berlaku sebaliknya, iaitu dengan adanya harta warisan itu, menjadikan si anak menempuh segala larangan Allah dan berfoya-foya dalam kelazatan dunia yang ditegah.

Seharusnya hendaklah ia mengubati hatinya dengan berbanyak-banyak meneliti dan mengambil i'tibar terhadap berita yang warid dari zaman Nabi dan para sahabat mengenai sebab-sebab yang mencela sifat kikir dan memuji sifat dermawan. Kemudian mengingatkan pula mengenai ancaman-ancaman berupakan azab yang pedih, yang telah disediakan oleh Allah Ta'ala kepada orang-orang yang bersifat kikir itu.

Terkira sebagai ubat yang berguna juga, memperbanyakkan penelitian terhadap hal-ehwal orang-orang yang kikir. Betapa orang ramai akan menjauhkan diri daripada mereka itu. Betapa orang ramai membenci sikap kikirnya itu. Tambahan lagi orang yang kikir itu sendiri sentiasa mencaci sahabatnya yang kikir pula. Betapa ia akan menganggap buruk sikap kikir yang ada pada sahabatnya, padahal ia lupa bahwa ia sendiri pun kikir juga.

Oleh itu sayugialah hendaknya, ia mengisafi dirinya, bahwasanya sifat kikir itu buruk dan dibenci oleh orang ramai, sebagaimana halnya ia sendiri menganggap buruk dan jijik terhadap sahabat-sahabatnya yang kikir itu.

Hendaklah ia mengubati hatinya juga dengan meneliti pada pokok dan maksud harta kekayaan itu sendiri. Untuk apa ia dijadikan? Mengapa orang bersusah-payah mencarinya? Di mana ia harus dibelanjakan? Kalau semua itu telah direnunginya, tentulah ia tidak akan menyimpan lebih dari kadar keperluannya saja. Selebihnya dijadikan bekalan untuk akhiratnya, iaitu dengan membelanjakan pada perkara kebajikan, agar ia memperoleh gantinya dengan pahala di akhirat kelak.

Semua ubat-ubat yang dibicarakan di atas itu adalah diukur menurut garis makrifat dan ilmu pengetahuan. Tetapi jika kita mengetahui untuk mengukurnya dengan Nur Bashirah atau cahaya kebatinan, niscaya kita dapati, bahwa membelanjakan harta kekayaan dalam perkara-perkara kebajikan itu, adalah lebih utama dari menahan atau mengumpulkannya, samada untuk kepentingan dunia ataupun untuk kepentingan akhirat. Ketika itu semangatnya untuk berbuat kebajikan akan meluap-luap, tidak kira berapa banyak yang harus dibelanjakan. Ini sekiranya orang itu dapat menimbangnya dengan fikiran yang waras.

Demikianlah apabila dengan keinginan untuk membuat sesuatu yang baik itu timbul di dalam hati, maka hendaklah jangan lagi kita tangguh-tangguhkan, bahkan hendaklah kita teruskan keinginan itu dengan menyahut seruan hati yang pertama itu. Sebab syaitan itu akan menampakkan tipudayanya dengan menakut-nakutkan kita akan menjadi miskin, susah dan sengsara, sehingga akhirnya kita ubah cita-cita kita yang pertama tadi.

Rujukan: Ubat orang yang kikir, Mencela Kekikiran Dan Harta Kekayaan, Bimbingan Mu'minin; oleh Imam Ghazali

No comments:

Post a Comment